“Nyoba Sotone warung Kangen nDeso yuk, aku nggak masak e...” Sebuah ajakan dari kakak ipar yang akhirnya membuat kami –saya dan keluarga besar, termasuk para ponakan ngelengke (meniatkan diri, Jawa) njajan pada sebuah resto yang masih terbilang baru. Pertama, memang karena lagi pada malas masak, kedua karena lokasi resto memang cuma di kampung sebelah.
Judulnya hari ini saya memang tengah mudik. Nengokin Ibu, dan dolan ke tempat kakak sekalian. Warung Kangen Ndeso yang berada di Dusun Kuden, Sitimulyo, Piyungan memang hanya berjarak sekitar 2 kilometer dari kampung halaman, tempat asal saya. Hanya sekitar 3 kioan meter juga dari embung Potorono; salah satu spot yang sering menjadi titik kumpul maupun titik tujuan para gowes-er di Sabtu/Minggu pagi.
“Nah..itu bener warungnya..!” kata saya ke Pak Suami yang berada di belakang kemudi begitu terlihat bangunan semi terbuka, bertulis Kangen Ndeso. Posisi warung berada di pojokan, tepi jalan, sisi kanan sawah dan sisi belakang pemancingan. Sayangnya, parkiran tidak begitu lebar...
Bangunan utama warung Kangen nDeso berbentuk limasan, dengan gaya Jawa artistik. Di sekeliling bangunan utama terdapat 3 bangunan kecil bergaya kandhang sapi. Hampir semua bahan yang digunakan untuk bangunan warung adalah material lama yang ditata sedemikian rupa, dan jadi terlihat unik.
Berhubung datang secara rombongan dan dengan banyak anak-anak, kami memilih tempat makan beralas tikar alias lesehan. Lebih bisa leluasa bergerak dan lebih nyaman saat menikmati makanan nanti. Menurut informasi yang saya dapatkan, Soto Bathok merupakan menu andalan warung ini di siang hari. Sementara di malam hari, Warung Kangen Ndeso menjelma menjadi warung kopi, Warung kopiKu-Den.
Tak butuh waktu lama menunggu minuman beserta bathok-bathok soto terhidang di hadapan. Selain soto batok, tersedia pula beberapa camilan sebagai teman makan.
Istimewanya Soto Bathok Kangen nDeso
Bagi saya, soto itu salah satu jenis masakan yang sifatnya universal dan termasuk makanan sejuta umat. Soto enak dinikmati saat sarapan, namun nikmat pula disantap kala makan siang. Hampir semua anak-anak menyukai makanan berkuah ini, pun dengan orang-orang dewasa. Bahan-bahan untuk meracik soto juga bisa dibilang sederhana, dan mudah didapatkan. Bisa jadi, itu yang membuat kita bisa dengan mudah menemukan warung-warung soto di seantero Yogyakarta.
Banyak warung yang menjadikan soto sebagai salah satu menunya. Tapi tak banyak yang mengemas soto dalam tempurung kelapa atau bathok. Bisa jadi, poin ini sengaja dijadikan Kangen nDeso sebagai daya tarik ke (calon) pembeli dan juga langganan.
Saya bukan termasuk tipe yang mudah tergoda dengan kemasan. Semangkok soto dalam mangkuk bergambar ayam jago pun akan cepat saya sikat habis, kalau rasanya memang enak. Lalu bagaimana dengan soto sapi berwadah tempurung kelapa ini?
Apa yang ada dalam bathok kelapa ini sama seperti soto kebanyakan. Kuah gurih berwarna bening-kekuningan, tauge, mie soun, potongan daging dilengkapi taburan bawang goreng dan irisan daun seledri.
Tapi....ada yang membuat saya jatuh hati. Tauge! Tauge dalam Soto Bathok Kangen nDeso terlihat “gemuk” dan segar. Potongan daging sapinya juga terlihat cukup melimpah dan empuk saat dikunyah.
Lagi-lagi saya harus bersyukur bisa menikmati kebersamaan dengan keluarga sembari mencicip gurihnya soto bathok, segelas es teh, dan sepotong mendoan sembari bercengkrama dengan mereka. Ditengah pandemi Corona yang entah kapan akan berakhir, pulang kampung, menikmati kebersamaan bersama keluarga besar seperti ini sangat mahal harganya
Lokasi Warung Kangen Ndeso
Sebathok itu harga berapa mbak? Ini kayaknya pas buat orang-orang yang porsi makannya nggak terlalu banyak. Sekali lahap, langsung bisa habis dan meminimalisir mubadzir.
ReplyDeleteKalau menu makanan berkuah, soto masih menduduki peringkat dua buatku,karena jujur,aku lebih seneng sayur bening apa sop-sopan gitu. Selain seger, masih banyak sayuran ijonya. Jadi (menurutku) rasanya lebih mantep!
Soto itu hampir sama kayak bakso, makanan merakyat :D. Walopun kadang tampilan di berbagai daerahnya beda2, ada yg bening, ada yg pakai santan. Aku sendiri suka 2-2 nya.. ga bisa milih :D
ReplyDeleteSoto bathok yg asli Jogja aku blm cobain. Tapi dulu di JKT ada mba yg jual soto batok gini. Pake batok kelapa. Tapi rasanya ga istimewa.enak, tapi ya seperti soto lainnya. Hanya Krn disajikan di batok aja yg bikin menarik. Bener kayak kata mba, mau dipiring ato batok, sama aja sbnrnya, yg ptg enak kan :D. Tp Krn rasa yg di soto batok Jakarta itu biasa aja, trus mahal pula, aku ga prnh balik lagi sih
Aduh mendoannya...bikin pengen. Aku penasaran sensasi makan soto di bathok ini. Tapi bener deh mba, jangan tergoda penampilan, kemasannya. Karena itu bisa jadi salah satu cara untuk menggaet pelanggan/calon pelanggan ya. Yang penting kualitas makanannya.
ReplyDeleteKayaknya seger dan enak tuh sotonya.
Muga-muga bisa ke sini nanti. Sama yang dekat candi sambisari itu, porsinya banyakan mana?
ReplyDeleteYang deket candi malah belum pernah nyoba mba...yang pernah yang cabang Magelang.
DeleteGa ada yg bisa mengalahkan sensasi makan soto bathok di Jogja
ReplyDeletesungguh mupeng main ke kota kesayangan sejuta umat iniiii