Pantai Klayar, Sphinx ala Indonesia dan Uniknya Seruling Samudera

2 comments


Birune segara Kutha Pacitan

Nyimpen janjimu seprene ra bisa ilang

Birune segara Kutha Pacitan

Pantai Klayar sing nyimpen sewu kenangan...


Wisata pantai klayar


K

eindahan Pantai Klayar rupanya pernah menjadi salah satu sumber inspirasi  sang maestro campur sari Didi Kempot. Mekipun secara garis besar  tema lagunya masih tentang duka nestapa seorang pria yang menunggu janji kekasih hati, tapi paling tidak setting lokasi Pantai Klayar membuat banyak orang penasaran untuk mengunjungi dan kemudian melihat dengan mata kepala sendiri. 

Termasuk kami. 

Eh, tapi bukan karena lagu juga sih kalau yang ini. Tapi karena memang pengen nyari suasana yang baru dan diputuskan Pacitan lah tempatnya dengan pertimbangan secara jarak tidak terlalu jauh dan kalaupun harus menginap, paling cuma satu hari. 

Oh ya, secara lokasi, Pantai Klayar berada di Desa Sendang, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan atau sekitar 92 km dari rumah kami di Sleman, Jogja. 

Teorinya, untuk bisa sampai ke Pantai Klayar waktu tempuh yang dibutuhkan dari Sleman-Pacitan, sekitar 4 jam-an, tapi prakteknya lebih. Untuk menempuh rute Sleman-Wonosari-Wonogiri-Pacitan, waktu yang kami butuhkan sekitar 5 jam-an. 

Jalur Jogja-Wonosari kami lalui dengan lancar. Siang yang mendung, membuat mata saya berat. Tapi...rasa kantuk itu hilang semenjak mobil mulai memasuki jalur Pracimantoro.

Sepertinya kami kena prank aplikasi map atau salah memilih jalur hingga harus banyak melewati jalan yang sempit, menanjak-menikung dan melewati hutan-hutan jati  yang sepi. Tanjakan dan kelokan yang harus kami lalui lumayan mbikin jantung dag dig dug.

Alhamdulillah sebelum gelap kami sudah sampai di homestay Pak Gimun, tempat yang kami gunakan sore itu untuk beristirahat dan menginap. 

Seperti rencana, hari Minggu kami bangun pagi-pagi. Jarak antara homestay tempat kami menginap dengan kawasan pantai sekitar 1,6 kilometer. Jarak yang cukup dekat sebenarnya. Sempat kepikiran juga untuk jalan kaki menuju pantai sembari olahraga, tapi akhirnya urung, karena pagi itu mendung terlihat menggantung. Daripada kehujanan dan malah banyak waktu terbuang...

Menikmati Pantai Klayar, Paradise of  Java

Belum genap pukul 6 kami sudah sampai di pintu masuk utama Pantai Klayar. Harga tiket yang harus kami beli cukup murah, 15.000 perorang, dan Alya yang masih kategori anak-anak belum dikenai charge. Masih cukup pagi, tapi parkiran  mulai banyak terisi bis-bis wisata dan juga mobil pribadi. Eh, tapi memang wajar sih, ke pantai manapun paling enak saat pagi atau sore..nggak panas.

Deretan huruf besar bertuliskan  'Pantai Klayar',  pohon kelapa dan areal pantai yang luas langsung terlihat begitu kami turun. Pantai dengan pasir putih yang cantik dan bersih! 

Pantai Klayar sisi barat cukup riuh dengan beberapa pengunjung yang bermain air. Ombak memang cukup bersahabat, dan tentu saja momen ini tidak disia-siakan pengunjung untuk bermain air maupun pasir di tepian pantai. 

Wisata alam pacitan
Hamparan pasir putih yang bersih, dengan beragam aktivitas pengunjung yang tengah menikmati suasana pantai

Kami sendiri? Memilih untuk tidak berbasah-basahan dan cukup berjalan menyusuri Pantai Klayar dari ujung barat ke ujung timur dengan berjalan, sembari sesekali menyambut riak ombak yang datang membasahi   kaki.

Bibir Pantai Klayar bisa dikatakan  luas. Kalau misalnya enggan untuk menyusuri pantai dengan berjalan kaki, ada juga penyewaan ATV yang bisa digunakan untuk mengeksplor kawasan pantai Klayar. Di tepian pantai, tersedia sarana dan prasarana pendukung kegiatan wisata yang cukup lengkap seperti warung makan, fasilitas MCK, kios sovenir dan oleh-oleh dan juga homestay dengan posisi yang benar-benar menghadap laut. 

Karena keindahan pantainya, Klayar mendapatkan julukan surganya (pantai) di Jawa atau Paradise of Java.


Sphinx van Java, Seruling Samudera, dan Klayar Hill

Pantai di pacitan
Dari atas terlihat kalau Pantai Klayar seperti terbagi dalam dua area, satu sisi dengan ombak yang cukup bersahabat, satu sisi dengan ombak yang sangat besar dan pengunjung tidak diperbolehkan mendekat

Salah satu keunikan dan daya tarik pantai Klayar adalah batu karang yang menurut banyak orang berbentuk seperti Sphinx dan juga fenomena alam Seruling Samudera. Nah, dua keindahan itu ternyata bisa saya nikmati lebih leluasa dari atas bukit di sisi timur, yang kemudian di kenal sebagai Klayar Hill.

Batu karang pantai klayar
Batu karang yang kata banyak orang berbentuk menyerupai sphinx

Dengan tinggi sekitar 50 meter, akses jalan untuk menaiki bukit atau Klayar Hill sangat mudah. Dari sisi pantai bagian timur, lantas kita harus berjalan ke utara dan mengikuti jalan setapak yang ada, baru kemudian menaiki tangga.  

Sepertinya pengelolaan Klayar Hill ini berbeda dengan pengelola kawasan pantai sehingga untuk masuk kita harus membayar kembali 3000 rupiah/pengunjung. Dari atas Klayar Hill ini saya bisa melihat birunya lautan, bukit-bukit di sekitar, batu karang yang berbentuk menyerupai Sphinx; makhluk mitologi berkepala manusia dan berbadan singa, dan juga fenomena alam Seruling Samudera.

Seruling samudera pantai klayar
Fenomena seruling samudera Pantai Klayar

Seruling Samudera atau Seruling Laut adalah suara alam yang berasal dari lubang atau celah lempeng karang yang pada waktu-waktu tertentu menyemburkan air. Begitu ombak datang, celah tersebut akan menimbulkan suara seperti seruling. 

Ada lagi hal asyik yang bisa kita lakukan dari atas Bukit Klayar atau Klayar Hill ini. Apalagi kalau bukan menyantap makanan sembari menikmati alam. Sebuah warung makan mini menyediakan beberapa jenis makanan dan minuman untuk pengunjung. Dan akhirnya, semangkok mie instan dan satu gelas teh hangat menjadi penutup acara kami pagi itu.  Eh, jangan lupa, foto dulu juga sebelum pulang..biar punya kenang-kenangan😀

Wisata klayar hill pacitan


Related Posts

2 comments

  1. Aku dulu ke klayar karena teracuni baca blognya almarhum mas cumilebay. Pas mas cumi datang ini pantai blm terkenal, bahkan ga ada orang. Reus aku datang kesana, masih blm terkenal 🤣. Sepinya luarbiasa, boro2 ada yg mungut tiket. Inget bangetttt cuma ada aku, suami, dan 3 orang pengunjung lain. Jadi berasa pantai pribadi.

    Suka bangetttt, masih bersih, sepi... Dan paling laut yg diksh tunjuk Ama oenduduk lokalnya cukup bikin aku ga mau mendekat 😄.

    Skr udh rame ya mbaa.. bersyukur aku masih sempet rasain pas pantai ini Bener2 sepi tapi malah kliatan cantik banget. Setelah itu pernah DTG lagi ketika udh rame. Tapi jujur jadi ga nyaman, saking banyaknya orang :(. Jadi cuma sebntar pas DTG kali kedua.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh..iya inget mas Cumi, yang sering foto dengan gaya khasnya (pake celana dalam doang ha..ha).

      Mungkin dulu sepi karena akses jalan yang masih susah juga mba. Kalau sekarang, udah full aspal halus, tapi ya tetep aja berkelok dan memang kendaraan harus yang bener-bener sehat.

      klo di Jogja udah mirip Indrayanti ini, banyak pedagang, banyak penginapan

      Delete

Post a Comment