Kesegaran dalam Segelas Dawet Kani

2 comments
Dawet kani


"Nanti pulangnya mampir beli dawet ya! Tinggal naik sedikit..ada dawet  Kani, kayaknya enak" Pinta saya ke Pak Suami yang ada di belakang kemudi. Cuaca panas, kami baru saja ada acara keluarga, dan kebetulan melintas di Jalan Kaliurang. Pas, kalau kami jajan dawet sebentar. 

Buat saya, dawet adalah minuman istimewa. Ia akan mengingatkan saya akan masa kecil --selalu menunggu ibu pulang dari pasar Kotagede, dengan beberapa bungkus dawet sebagai oleh-oleh. Dawet juga dikenal sebagai minuman segala strata. Ia bisa dinikmati rakyat jelata, tapi tetap pantas ketika harus "naik kelas". 

Tentang dawet Kani, jujur saya tahu dari foto-foto yang berseliweran di media sosial. Sepertinya belum lama juga ada di Jogja, dan hampir semua review  bilang, dawet Kani beda dari kebanyakan dawet. Sebagai pecinta dawet, rugi rasanya kalau nggak ikutan mencoba. 

Mencoba Dawet Kani

Hampir tengah hari. Kios dawet yang berukuran tak begitu luas itu cukup ramai dengan pembali. Beberapa adalah gowes er yang mampir untuk meredakan dahaga setelah berolahraga.

Di dalam kios, 2 anak muda tampak cekatan melayani pesanan pembeli. 

"Mau berapa? Mau yang gula Jawa, atau yang make sirup frambose?"  Mau pake tambahan nangka, susu, atau durian?

Tanya mas-mas yang kemudian saya tahu bernama Mas Danial. Dari segi keramahan penjual ke pembeli, jelas  level ramahnya owner dawet Kani ini TOP banget.  

"Bagaimana Kak...rate berapa dari skala 10?" Tanya Mas Danial setelah saya menandaskan satu gelas dawet rasa frambose dengan toping nangka. Mantap manisnya. Selebihnya saya memesan 3 gelas dawet gula jawa dan dawet durian untuk Pak Suami dan anak-anak. 

"9" Jawab saya yakin.

Dawet kani
Segelas dawet Kani yang segar


Benar, dawet Kani memang beda.  Ia berani berinovasi, keluar dari kebanyakan pattern dawet lainnya. Ketika mayoritas dawet ber pemanis gula Jawa, maka  dawet Kani berani menggabungkan sirup beraroma frambose dengan cendol tepung aren. 

Yang paling membedakan adalah penggunaan  santen Kanil sebagai pelengkap kuah dawet. Kanil adalah santan kelapa kental yang sudah dimasak dalam waktu tertentu hingga makin kental. Jadi dibayangkan perpaduan rasa manis (dari gula Jawa atau frambose) dan gurih dari Kanil kelapa. Konon resep ini merupakan adopsi dari resep dawet khas  kota Kudus. 

Agar rasa dawet lebih mantap, saya bisa memilih pelengkap mau susu,  nangka, atau durian. Tapi tentu saja harganya beda. Satu gelas dawet dengan tambahan nangka, dibanderol dengan harga 8 ribu rupiah. Sementara, dawet dengan tambahan durian, dipatok 16.000/cup.  

Untung saya nggak doyan durian, jadinya malah irit. Ha..ha. Tapi beneran, ni dawet enak. Kalau ada kesempatan lewat, kemungkinan mampir, jajan dawet lagi. 

Lokasi dawet Kani: 

Gondangan, Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55581


Related Posts

2 comments

  1. Saya suka es dawet. Tapi seiring usia, saya kurangi mengkonsumsi es dawet karena terlalu manis.

    ReplyDelete

Post a Comment