Pagi di Hutan Pinus Puncak Becici

8 comments


“Dua dewasa, dua anak-anak, berapa  mas...?” Ucap saya saat kendaraan yang kami naiki memasuki pos retribusi Puncak Becici. 

“Lima ribu”, jawab si pemuda penjaga pos.

Saya ulurkan selembar uang lima ribuan, dan mobil pun kembali melanjutkan menyusur jalan beraspal, diantara pepohonan pinus  yang terlihat hijau. Kaca jendela sengaja saya biarkan terbuka, agar lebih leluasa menghirup segarnya udara di kawasan hutan. Beberapa ratus meter ke depan, roda mobil ini akan segera memasuki kawasan  wisata hutan pinus Puncak Becici, dan uang lima ribu yang telah kami bayarkan ternyata biaya parkir kendaraan (awalnya saya pikir itu tadi pos pembelian tiket masuk).


Hutan Pinus Puncak Becici di Era New Normal

Wisata puncak Becici jogja


“Naik jeep mbak..mari...!” Tak jauh dari kami memarkirkan kendaraan, pengelola  jip  wisata menawarkan paket wisata mereka yang saya sambut dengan gelengan kepala. Belum tertarik untuk saat ini, mungkin bisa mencobanya lain kali. 

Tak jauh dari pintu masuk  utama kawasan hutan pinus Puncak Becici, tampak sedikitnya 3 petugas pengelola yang tengah berjaga. 

Satu petugas  berdiri di dekat kran cuci tangan, siap-sedia mengingatkan pengujung seandainya lupa mencuci tangan sebelum memasuki area wisata. Sementara dua petugas pengelola berjaga  di bilik pembelian tiket masuk, yang satu memberikan tiket seraya menerima uang, sementara satunya menginput data nama /daerah asal  pengunjung yang akan memasuki area wisata hutan pinus.

“Berapa orang?”

“Dua dewasa, dua anak-anak”

“12 ribu. Siapa yang bertanggung jawab dengan rombongan ini? Boleh saya catat, daerah asalnya dari mana “

“Sulis, dari Sleman, Jogja.” Jawab saya sembari menyerahkan uang yang segera ditukar dengan 4 lembar tiket masuk. 


Sangat ekonomis. Untuk bisa memasuki kawasan Puncak Becici, pengunjung hanya dibebani biaya parkir plus tiket masuk @ Rp. 3000,00

Setelah membayar dan kemudian mencuci tangan, saya memilih jalan di belakang,  membiarkan Pak Suami dan anak-anak jalan duluan. Lebih nyaman seperti ini. Mereka sudah paham kalau saya sering berhenti saat kepengen mengambil foto/video sebuah obyek. Jadi lebih baik nanti saya yang cari mereka saat sudah di dalam. 

Masih lumayan pagi.  Saya lirik jam di pergelangan tangan, jarum pendek baru sedikit  bergeser dari angka tujuh. Aktivitas di Puncak Becicipun saya rasa baru saja dimulai. Beberapa ibu berkebaya kuning terlihat sibuk mempersiapkan seni gejog lesung, pentas musik tradisional yang kabarnya tiap hari di mainkan di Puncak Becici ini. 

Sama seperti mayoritas tempat wisata di Jogja, sekitar 4 bulan kawasan Puncak Becici ini juga ditutup saat pandemi, dan dibuka kembali setelah semua perlengkapan penerapan new normal dirasa memadai. Mulai 22 Juli 2020, Puncak Becici dibuka untuk umum, dengan menerapkan prosedur kesehatan 3 M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak antar pengunjung).


Puncak Becici new normal
Jalan menuju panggung utama dibatasi dengan tali untuk membedakan jalur masuk dan jalur keluar



Memang benar, selain di pintu masuk kran sebagai fasilitas cuci tangan bisa saya temui di beberapa sudut di dalam area hutan. Jalan setapak yang digunakan pengunjung untuk masuk, diberi tali pembatas dan juga beberapa dibuat satu arah. Tujuannya pasti agar meminimalisir interaksi antar pengunjung.



Puncak Becici di waktu pagi
Jalan setapak di tengah hutan Pinus yang juga dibatasi tali, satu lajur untuk pengunjung yang arah masuk...satu lajur lagi bagi pengunjung yang mau keluar


Berada di Gunungcilik, Muntuk, Dlingo Puncak Becici memang menjadi salah satu kawasan wisata yang belakangan selalu ramai pengunjung. Di pagi atau siang hari, orang-orang datang untuk sekedar ngadem, menikmati kesejukan dan suasana hutan. Sementara di malam hari, Puncak Becici merupakan salah satu spot menarik untuk menikmati kelap-kelip lampu Jogja dari ketinggian.

Nilai plus lain dari Puncak Becici adalah hutan ini berdekatan dengan beberapa kawasan wisata lain di wilayah Mangunan, seperti hutan pinus Pengger, hutan pinus Mangunan, dan juga Pasar Kaki Langit, pasar yang bernuansa tempo dulu yang akan mengajak pengunjungnya untuk bernostalgia. 


Panggung puncak becici
Area penonton/kursi-kursi di depan panggung 


Sebuah panggung besar dengan latar belakang panorama Jogja bagian bawah adalah hal paling menarik menurut saya. Di sore dan di malam hari, panggung ini digunakan untuk pertunjukan musik. Tapi di pagi hari,  panggung dibiarkan kosong. Saya bisa menatap luasnya Jogja sepuasnya dari sini. 


View dari puncak becici
Berdiri diatas panggung, melihat Yogyakarta bagian bawah dari ketinggian.

Selain dari kawasan panggung utama, spot lain yang bisa digunakan untuk melihat kawasan Jogja bagian bawah adalah melalui Monumen Obama. Monumen Obama dibangun sebagai bentuk penghargaan dan juga pengingat, bahwa Barack Obama pernah melakukan kunjungan di Puncak Becici di bulan Juni 2017. 

Bagi yang suka mengabadikan keindahan alam melalui lensa kamera, Puncak Becici adalah salah satu surga yang dimilik Yogyakarta. Diantara batang-batang pinus yang cantik, pengelola menyediakan banyak spot-spot foto yang menarik. Sayangnya saya termasuk perempuan yang tidak suka dan tidak bisa bergaya di depan kamera. Pun dengan anak-anak dan Pak Suami. 

Spot foto hutan pinus puncak becici
Spot foto ini hanya sebagian kecil dari banyak spot foto yang ada di hutan pinus Puncak Becici Yogyakarta



Tak banyak foto yang saya bawa pulang. Tapi saya bersyukur, pagi itu kami menikmati  segarnya udara Puncak Becici dengan segala suasananya yang khas.  Kamu kapan ikut  merasakan?

Lokasi Puncak Becici





Related Posts

8 comments

  1. Tapi kalo kesini berarti tujunnya liat view ya mba. Aku sih sukaaa kalo cuma sekedar view., Apalagi cakep memang. Tp anak2 blm ngerti enaknya wisata alam. Kalo cuma sekedar liat Jogja dr ketinggian, pasti lgs bawel mereka -_- .

    Lagi nyari wisata yg asik di Jogja, tp ga terlalu rame hahahahah. Kan 19 dec aku kesana lagi. Sengaja datangnya sebelum libur panjang natal. Aku ga mau kayak kmrn yg mana tempat2 makan penuhnya astaghfirullah hahahahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mba..lebih ke viewnya mba klo aku. Sama foto-foto kalau yang suka bergaya di depan kamera. Klo anak-anak, kemarin aku nggak lihat playground...ntah ada apa tidak.. Kmrn Alya lumayan diem (nggak ngajak pulang melulu) karena nemu kucing pas njajan di sini... :-D

      Delete
  2. Sebelum pandemi saya pernah ke Puncak Becici dan ramai banget. Mau foto di spotnya aja harus antre, tapii aku bukan yang harus foto gitu sih. Aku cenderung menikmati alam terbuka dan udara sejuk perbukitan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama...aku juga klo ke suatu tempat cuma sekedar nebeng foto ga suka.. lebih suka menikmati alamnya

      Delete
  3. Di masa new normal emang pilihan untuk piknik adalah ke tempat terbuka ya. Puncak Becici jadi rekomendasi menarik nih. Kayaknya makin rapi dibanding aku terakhir berkunjung ke sana beberapa tahun lalu. Asik banget main lama2 di hutan pinus,, aroma dan atmosfernya menyenangkan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup. Sebelum dapat kujungan obama di rapiin banyak kayaknya.. Karena makin rame, makin tertata sepertinya

      Delete
  4. Bagus mbak...ini jalannya searah dengan mangunan ? Rute yang asyik ambil mana ? Murmer juga ya...cuma ini kalau mau foto di spot2 foto itu, bayar ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. enak lewat pathuk mba..nanti kanan ke arah Dlingo itu. Klo lewat Imogiri, kejauhan. Meskipun bisa juga

      Delete

Post a Comment