Sendhang Mbudho

2 comments
(((Thong ...)))
"Sugeng rawuh...!"

Bunyi pukulan gong dan  yang kemudian diikuti ucapan selamat datang yang secara serentak diucapkan kru rumah makan Sendang Mbudho, jelas membuat saya tersenyum. 

"Unik juga bentuk penghormatan yang diberikan tempat makan ini" batin saya. 

Saya yang niatnya nyari makan siang jadi merasa seperti tamu agung mendapat sambutan seperti itu. 

"Maaf...ukur suhu tubuh dulu ya, setelah itu silakan cuci tangan di sebelah situ" Ucap seorang pria setengah baya berkaos hitam dengan ramah, sembari mendekatkan thermal gun ke arah dahi saya, pak suami, dan anak-anak.


"Aman...silakan masuk..." begitu ucapnya setelah kami menuntaskan prosedur/protokol kesehatan covid 19. 

Sendang Mbudho, Resto dengan Arsitektur Jawa Pedesaan

Review-rumah-makan-sendang-mbudho-sleman

Hari Minggu, tapi siang itu rumah makan Sendhang Mbudho terlihat sepi. Bisa jadi ramainya tadi pagi, karena kabarnya rumah makan ini sering digunakan sebagai rest area para pesepeda setelah melewati rute gowes favorit. Kalau dipikir-pikir lumayan juga sih nyantai-nyantai di sini, menikmati secangkir kopi plus pisang goreng hangat.

Menu-makanan-dan-minuman-sendhang-mbudho

Saya suka suasana tempat ini. Natural. Dekat dengan air, sawah, dan pepohonan, nyaris tanpa batas dengan areal persawahan.  

Sebuah patung Budha berukuran cukup besar, terlihat terpasang di tepian kolam perkedalaman sekitar 1,5 meter. Bisa untuk berenang...tapi brrr...pasti dingin di cuaca seperti sekarang. Apalagi, rumah makan Sendhang Mbudho ini berlokasi di daerah berhawa cukup dingin. 

Desa Daren Lor, Donokerto,Turi, Sleman, tempat rumah makan ini berdiri, berada di kaki Merapi.  Posisi rumah makan berada di tengah pedesaan, berbatasan dengan areal persawahan. Agak "tersembunyi" tapi mudah dicari dengan bantuan aplikasi peta.

Secara ukuran, menurut saya ukuran tempat ini sedang. Tak terlalu sempit, tapi juga tak terlalu lapang. Tinggal memilih, lokasi mana yang ternyaman untuk menikmati hidangan.






Dari beberapa menu yang ada, hidangan berbahan dasar belut menjadi andalan di rumah makan Sendhang Mbudho ini yakni belut gongso, dan belut kuah kuning.

Belut-kuah-kuning-sendang-mbudho

belut-gongso-sendang-mbudho


Selain tempat makan yang bernuansa alam pedesaan, beberapa olahan khas, hal lain yang bisa dinikmati di rumah makan Sendhang Mbudho adalah kolam yang berisi ikan terapi yang bisa dijadikan hiburan setelah kenyang makan. 

Suasana yang tenang dan teduh, adalah  dua alasan yang membuat saya enggan untuk beranjak. Tapi sayangnya, masih ada urusan lain yang harus saya ikuti. 

Setelah menyelesaikan pembayaran, bergegas kami berjalan ke arah parkiran. Dan lagi-lagi, saya terkejut. Terdengar suara gong yang dipukul, dan kemudian diikuti suara para kru yang serentak mengucap salam "Sugeng tindhak...!"

Hmm...sungguh sebuah bentuk penyambutan dan pelepasan tamu yang unik! Bagaimana kalau dalam sehari ada 50 rombongan tamu yang datang ya? 50x bunyi gong dan juga 50x salam juga mungkin😀

Lokasi rumah makan Sendang Mbudho


Related Posts

2 comments

  1. Iya yaaa mba, ga kebayang kalo rame tamunya :D. Mungkin ini Krn sedang sepi aja, makanya staff bisa menyambut dan melepas tamu dengan cara gitu :D.

    Btw, rasa makanannya gimana mba? Belutnya enak? Aku tuh agak ragu kalo makan belut. Pernah coba belut pas di Jepang , tapi kok ya aku ga doyan . Amisnya ada, trus tulangnya ternyata banyaak hahahahah. Walopun lembut sih. Tp ttp geli. Yg di resto ini gimana?

    ReplyDelete
    Replies
    1. klo di lidahku..belut itu gurih mba. tapi memang ada amisnya. Nah, biar ga kerasa amisnya...paling enak memang digoreng garing menurutku. Tapi sebenarnya klo ada pilihan belut atau daging sapi..aku milih daging sapi sih mba :-D

      Delete

Post a Comment